Echa, Gadis Pemalu yang Baik Hati ❤️

ingin rasanya Echa menghilang saat ini juga dan kembali tahun depan. Bagaimana tidak? Sekarang di depan kelas Dipta sedang banyak cewek yang bergerombol di sana. Lalu bagaimana nasibnya Echa nanti?

"Gak jadi deh." Echa hendak berbalik tetapi lengannya di tahan oleh Lisa. Echa menatap Lisa memohon sedangkan Lisa hanya menggeleng pelan. "Gue malu, kok Lo seneng banget sih liat gue malu."

"Karena di sana terselip kebahagiaan tersendiri buat gue." Ucap Lisa. "Tapi tenang itu hanya sedikit, karena kebahagiaan terbesar gue itu kalo liat Lo seneng

Ingin rasanya Echa berteriak tepat di depan telinga gadis itu. "Tahi!"

"Udah ah! Jangan sekarang besok aja ya" Echa memohon dengan menempelkan kedua telapak tangan nya.

"Gini aja deh, kalo seandainya... Seandainya nih ya Lo di terima sama kak Dipta gue bakal traktir Lo sebulan penuh dan gue akan beliin Lo novel yang waktu itu Lo bilang tapi karena Lo gak punya duit jadi Lo gak bisa beli."

Echa tidak ingin novel itu, dia menatap Lisa sendu. Jika emang akhirnya Echa terpaksa harus nembak Dipta yang dia harapkan semoga pria itu menolaknya, gak papa Echa harus malu dari pada dia harus berpacaran dengan Monster itu. Entah dia juga tidak tau mengapa dia tidak suka kepada Dipta di saat banyak cewek yang menyukainya. Mungkin karena Echa terlalu menganggap Dipta seperti Monster kali.

"Ayo Cha," Tasya menarik tangan Echa supaya lebih mendekat ke kelas Dipta. Echa sempat menahannya tetapi yang ada Billa malah membantu menarik sebelah tangan nya dan Lisa mendorongnya dari belakang.

Sumpah! Baru kali ini Echa menyesal bersahabat dengan mereka.

"PERMISI!" Teriak Lisa saat sudah berdiri di belakang gerombolan anak-anak cewek yang ada di depan kelas Dipta. Mereka semua menoleh ke arah Lisa hanya sedetik kemudian mereka kembali untuk bisa masuk ke kelas Dipta yang sengaja di tutup dari dalam.

"Kak Dipta buka dong!"

"Kak Dipta ada di dalem kan?"

"Kak Aku mau ketemu nih!"

"Buka dong pintunya!"

Telinga Echa sekarang mau pecah saat ini juga mendengar berbagai pekikan dari para cewek-cewek itu. Tak selang berapa lama pintu kelas XI A2 terbuka menampakkan dua orang pria dan masih mencoba menahan supaya cewek-cewek itu tidak masuk.

"Plisss!!! Gue mohon kalian sekarang pergi ya dari sini! Dipta tuh gak mau ketemu kalian." Ucap seorang pria berhidung mancung. Cukup tampan menurut Echa.

"Gak mau!"

"Iya gak mau!"

"Raff Gimana ini?" Tanya pria berambut jambul.

Echa benar-benar kesal sekarang, dia melihat ketiga temannya yang sekarang tak ada bedanya dengan cewek-cewek yang memaksa untuk masuk ke kelas XI A2 itu.

"DIP! MENDING LO KELUAR SEKARANG, MEREKA GAK MAU PERGI!" Teriak Raffa.

Tiba-tiba seorang pria berbadan tinggi dengan tatapan tajamnya serta wajah datar itu muncul dari balik pintu. Kedua tangannya ia masukan ke dalam kantong celana lalu menatap malas ke arah cewek-cewek yang menurutnya tidak punya malu itu.

"Bisa pergi sekarang?" Walaupun terdengar datar kalimat yang Dipta ucapkan itu penuh penekanan.

Echa yang mendengar suara pria itu menjadi bergidik ngeri. Dia hendak kabur tetapi tangannya di tarik oleh seseorang menerobos gerombolan itu hingga berhenti tepat di depan Dipta.

"Kak temen aku mau ngomong."

Echa benar-benar menatap Lisa dengan tatapan penuh amarah. Gadis itu benar-benar tidak tau kondisi.

"Apa?" Tanya Dipta datar, tatapannya tertuju pada Echa yang masih diam sambil menunduk malu sekaligus kesal. Tetapi dia merasa Lisa yang terus menyenggol lengan nya membuah helaan napas berat keluar.

"Eh anu-- itu-- aku- m-mau b-bilang k-kak A-Dipta mau gak jadi pacar aku." Ucap Echa dengan lima kata terakhir yang terdengar cepat.

Hening, itu yang terjadi sekarang bahkan semua cewek-cewek di sana tidak ada yang mengeluarkan suara mereka cukup terkejut, karena yang mereka tau. Echa itu tidak suka kepada Dipta. Tidak suka bukan berarti membenci ya.

"Semoga di tolak, semoga di tolak" batin Echa.

"Oke!"

Kelas Echa menjadi sangat ribut sekarang karena guru mata pelajaran bahasa Inggris yang harus nya mengajar di kelas Echa berhalangan hadir karena ada tugas dinas di luar kota.

Belum lagi mereka semua menggeromboli meja Echa karena penasaran dengan gosip yang beredar bahwa Kak Dipta menerima Echa menjadi pacarnya itu membuat kelas tambah ribut. Sampai-sampai ketua kelas nyerah untuk mentertibkan kelasnya dan memilih diam di bangku nya.

"Cha jadi gosip itu beneran?" Pertanyaan itu yang terus menerus masuk ke dalam gendang telinga Echa. Rasanya dia mau pingsan sekarang juga, bahkan ketiga temannya pun sudah kewalahan menghadapai berbagai pertanyaan dari teman-teman sekelasnya.

Echa bingung harus berbuat apa sekarang. Gadis itu melirik ke arah Lisa. Jadi yang harus di salahkan sekarang adalah Lisa, dan jika Echa di bully oleh para cewek-cewek yang mengaku fans Dipta seperti yang teman-teman sekelasnya bilang itu maka semua itu adalah salah Lisa.

"Nyesel gue!" Ucap Lisa. Dia bukan nyesel memberi tantangan itu kepada Echa tetapi dia menyesal karena telah berkata jika Echa di terima oleh Dipta dia akan menlaktir gadis itu selama sebulan dan membelikan novel yang sudah Echa inginkan sejak lama itu.

Echa menjadi geram sendiri ternyata Lisa masih saja memikirkan dirinya sendiri dan tidak memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini.

"Nyesel gue punya sahabat kek lo." Ucap Echa pelan.

"Sama gue juga." Sahut Lisa. "Jadi selama sebulan kita

gak sahabat dulu ya."

Echa kesal setengah mati sekarang, andai membunuh

orang tidak berdosa dan tidak akan manusia penjara

maka sekarang Echa akan membunuh Lisa tanpa rasa

ampun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BIOSKOP

Sofa (Tempat Duduk Mewah)

Kucing (Jenis-jenisnya)